Breaking News

Masjid Agung Empang Berdiri Dari Tahun 1815. Jejak Sejarah di Kota Bogor


Bogor, yang dahulu dikenal sebagai Buitenzorg pada masa Hindia Belanda, menyimpan kisah sejarah yang tak pernah habis digali. Nama Buitenzorg, yang secara harfiah berarti "tanpa kecemasan," mencerminkan kenyamanan dan keindahan kota ini sejak masa kolonial. Salah satu peninggalan sejarah yang tetap memancarkan pesonanya adalah Masjid Agung Empang, sebuah masjid tua yang menjadi saksi perjalanan panjang peradaban di Bogor.
Awal Berdiri dan Perkembangan Masjid

Masjid ini oleh warga setempat sering disebut sebagai Masjid Alun, karena letaknya yang berhadapan langsung dengan alun-alun bersejarah. Seiring berjalannya waktu, upaya legalisasi kepengurusan masjid dilakukan melalui akta notaris pada era 1980-an, dan namanya kemudian diresmikan sebagai Masjid Agung At-Thohiriyah. Nama ini diambil dari Raden Haji Muhammad Tohir, seorang tokoh yang berperan penting dalam pendirian masjid serta menjabat sebagai Penghoelo Kampung Baroe.

Sejarah berdirinya masjid ini erat kaitannya dengan perpindahan pusat pemerintahan feodal Bogor dari Tanah Baru (Sukaraja) ke Sukahati—nama awal dari wilayah Empang sebelum menjadi lebih populer seperti sekarang. Perpindahan ini terjadi atas izin Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jacob Mossel, yang menyetujui pemindahan pusat pemerintahan ke lahan sewa yang dikuasai Kompeni. Kawasan Empang sendiri dulunya merupakan bekas palagan Keraton Pajajaran yang kosong melompong, berbentuk rawa-rawa seperti genangan air, sehingga disebut "empang."
Sebagai pusat pemerintahan yang baru, Sukahati ditata sesuai dengan pola kota feodal di Jawa, yang mencakup alun-alun, pohon beringin (sebagai pusat interaksi masyarakat), pendopo bupati, makam tokoh-tokoh penting, serta sebuah masjid agung yang menjadi pusat kegiatan keagamaan. Di sekitar masjid ini juga berkembang pemukiman para ulama dan agamawan, yang kini dikenal sebagai Kaum Empang.

Masjid Agung Empang awalnya berbentuk surau kecil dengan dominasi kayu dan panggung, mengadopsi arsitektur tajug khas Jawa yang juga dikenal di tanah Sunda. Meski pusat pemerintahan pertama di Empang telah berpindah sejak 1759, tajug di Empang baru berdiri pada 1815, sekitar 34 tahun sebelum wafatnya Raden Haji Muhammad Tohir pada 1849.
Masjid Agung Empang sebagai Masjid Negara

Sebagai masjid tertua di Bogor, Masjid Agung Empang memiliki status yang lebih dari sekadar tempat ibadah. Ia menjadi masjid negara atau masjid agung pertama di Bogor, yang berperan sebagai pusat kegiatan keagamaan kota selama lebih dari satu abad. Sebelum Masjid Raya Bogor dibangun di Jalan Pajajaran, Masjid Agung Empang menjadi tempat utama penyelenggaraan ibadah besar seperti salat Jumat dan salat Idul Fitri, yang bahkan pernah disiarkan langsung oleh RRI Bogor.

Masjid ini juga menjadi tujuan utama para pemimpin dunia Muslim yang berkunjung ke Istana Bogor. Salah satu tokoh penting yang pernah menunaikan salat di sini adalah Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser, yang datang bersama Presiden Soekarno.
Perkembangan dan Perluasan Masjid

Masjid Agung Empang mengalami berbagai perubahan, baik dalam hal fisik bangunannya maupun luasannya. Peristiwa besar yang memengaruhi bentuk masjid ini adalah kebakaran hebat pada 1920-an yang menghanguskan pemukiman di sekitarnya. Pada masa itu, kawasan Empang sudah dikenal sebagai pemukiman utama komunitas Arab, yang berkembang sejak diterapkannya sistem Wijkenstelsel dan Passenstelsel oleh pemerintah kolonial.

Pasca kebakaran, masjid diperluas dengan mengambil lahan bekas pemukiman yang terbakar. Para pemuka masyarakat Arab, seperti Syekh Salim bin Awab Balweel dan Syekh Ahmad bin Said Bajened, berinisiatif membangun kembali masjid dengan memperluasnya ke bagian belakang. Bagian depan masjid juga diperluas dengan mengambil sebagian dari lahan alun-alun Empang.

Pada dekade 1930-an hingga 1940-an, perluasan masjid kembali dilakukan setelah menerima wakaf dari beberapa tokoh terkemuka, seperti Sayyid Alwi bin Ismail Al-Idrus, keluarga Assegaf, dan Syekh Abubakar Abbad.
Masjid Agung Empang: Jejak Peradaban Islam di Bogor

Sebagai salah satu situs sejarah terpenting di Bogor, Masjid Agung Empang tidak hanya menjadi simbol spiritual, tetapi juga pusat peradaban yang mencerminkan dinamika sosial dan budaya kota ini. Dari pusat pemerintahan feodal hingga berkembangnya komunitas Arab di Empang, masjid ini tetap berdiri tegak sebagai saksi bisu perjalanan panjang kota Bogor.

Kisahnya adalah bagian dari narasi besar tentang bagaimana agama, budaya, dan sejarah bertemu dalam satu ruang sakral. Hingga kini, Masjid Agung Empang tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menjadikannya lebih dari sekadar tempat ibadah—melainkan warisan peradaban yang harus dijaga dan dilestarikan. Termasuk keberadaan Alun-Alun Empang yang kini tidak lagi menampakan pesonanya yg seharusnya memancarakan marwah sebagai alun-alun bersejarah dan terbilang pertama di kota Bogor. 

Bogor, 8 Maret 2025
Abdullah Abubakar Batarfie

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - JEJAKKASUS.ID